MANISNYA BERGELAR WANITA

08 November 2009

Pada suatu hari, Rasulullah SAW berjalan-jalan bersama puteri baginda, Saidatina Fatimah r.a. Setibanya mereka berdua di bawah sebatang pohon tamar, Fatimah terpijak rerumputan putri malu, kakinya berdarah lalu mengadu kesakitan. Fatimah mengatakan kepada bapanya apalah gunanya rerumputan putri malu itu berada di situ dengan nada yang sedikit marah.

Rasulullah dengan tenang berkata kepada puteri kesayangannya bahwasanya rerumputan putri malu itu amat berkait erat dengan wanita. Fatimah terkejut. Rasulullah menyambung kata-katanya lagi. Para wanita hendaklah mengambil pengajaran daripada rerumputan putri malu ini dari empat aspek.

Pertama, rerumputan putri malu akan kuncup apabila disentuh. Ini boleh diibaratkan bahwa wanita perlu mempunyai perasan malu (pada tempatnya).

Kedua, rerumputan putri malu mempunyai duri yang tajam untuk mempertahankan dirinya. Oleh itu, wanita perlu tahu mempertahankan diri dan kehormatan sebagai seorang wanita Muslim.

Ketiga, rerumputan putri malu juga mempunyai akar tunjang yang sangat kuat dan mencengkram bumi. Ini bermakna wanita solehah hendaklah mempunyai keterikatan yang sangat kuat dengan ALLAH Rabbul Alamin.
Dan akhir sekali, ia akan kuncup dengan sendirinya apabila senja menjelang.

Oleh itu, para wanita sekalian, kembalilah ke rumahmu apabila waktu semakin senja. Ambillah pengajaran walau pun ia hanya tumbuhan yang kecil.

Betapa Islam telah meletakkan wanita pada kedudukan semanis-manisnya? Jika semua saranan Rasulullah ini dituruti ia cukup manis, semua yang bertentangan menjadikannya pahit bagai hempedu.

Kemanisan wanita akan hilang apabila apa yang dilakukannya bertentangan dengan kejadiannya yang asal. Seorang wanita menjadi kupu-kupu. Dia tidak pulang ke rumah sebaliknya bersidai di tempat yang tidak senonoh hingga larut malam. Apakah itu manis? Sudah tentu tidak.

Demikianlah wanita, dia warna alam yang cukup berharga dan dihargai. Setiap insan lahir dari manusia bernama wanita. Alangkah manisnya menjadi wanita sebab dia unsur terpenting dalam kewujudan alam ini sedemikian rupa.

Kalau kita hendak melihat keburukan bukan satu yang akan kita jumpa, kalau kita hendak mencari kebaikan dan keindahan bukan satu dua juga yang akan kita temui. Apa pun, ingatlah, “Barangsiapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi."

0 comments:

Posting Komentar

Sponsor Links

 
 
 

Arsip

Best Links

Pengikut